-->

15000 Hektar Kebun Tebu di Yamdena, Upaya Pemberdayaan Masyarakat

15000 Hektar Kebun Tebu di Yamdena, Upaya Pemberdayaan MasyarakatSAUMLAKI, LELEMUKU.COM - Bupati Maluku Tenggara Barat (MTB) Petrus Fatlolon menyatakan terkait wacana perkebunan tebu dan pabrik gula oleh PT Tanimbar Nanim Sejahtera di wilayah petuanan 4 desa di wilayah Tanimbar Selatan yakni Bomaki, Lermatang, Latdalam dan Marantutul akan menguntungkan masyarakat.

"Nah mungkin saya perlu klarifikasi bahwa perkebuan tebu ini memang diijinkan 15.000 hektar tapi bukan berarti lalu 15.000 hektar hutan akan ditebang, tidak begitu. Kita lihat bawah ada banyak lahan-lahan tidur di pinggiran jalan menuju ke desa-desa. Nah, lahan tidur itu akan dimanfaatkan dan sistem penanam tebu ini pakai sistim plasma yaitu melibatkan masyarakat," ujar Bupati kepada wartawan pada Selasa (13/03).

Ia mengatakan pola perkebunan ini mengandalkan masyarakat setempat yang memiliki lahan tidur. Perusahaan tersebut akan memberikan bibit, pupuk serta pendampingan kepada masyarakat yang akan menanam. Setelah tanaman tebu itu sudah panen perusahaan akan membeli bahan baku gula tersebut dengan harga yang sudah ditetapkan.

"Masyarakat yang tanam merawat sampai kemudian sudah saatnya untuk panen, masyarakat yang panen tebu dan kemudian dibeli oleh perusahaan tebu," singkat dia.

Bupati mengatakan, ukuran lahan 15.000 hektar tersebut bukanlah menjadi areal yang dibeli dan miliki perkebunan tebu, tetapi menjadi area yang akan dipergunakan oleh perusahaan tersebut untuk mendapatkan tanaman tebu dari sistem plasma yang melibatkan lahan tidur milik masyarakat.

"Saya yakin perkebunan itu tidak cukup 15.000 hektar, karena kita syaratkan 100 meter dari pinggiran sungai tidak boleh pohon ditebang. Lahan-lahan yang dikhususkan untuk pertanian penduduk, masyarakat berkebun petani itu juga tidak boleh diganggu. Kemudian tidak boleh menebang pohon Torem, tidak boleh menebang kayu besi. Jadi yang dia pakai ini adalah lahan tidur yang memang diijinkan oleh pemerintah," papar Fatlolon.

Selanjutnya ia menyatakan selain 4 desa yang pada Kecamatan Tanimbar Selatan yakni Bomaki, Lermatang dan Latdalam dan Desa Marantutul di Kecamatan Wearmaktian. Warga dari desa lain di Kepulauan Tanimbar dapat berpartisipasi dalam program penanaman tebu oleh perusahaan ini.

"Bila ada masyarakat yang ingin menanam tebu, katakanlah mau tanam di Arui atau di Meyano atau di sampai ke Larat. Ada yang mo menanam tebu maka silakan ambil bibit dari perkebunan tebu, tanam, perkebunan tebu kasih pupuk kemudian setelah saatnya panen dujual juga kepada perkebunan tebu," ajak Fatlolon.

Menurut informasi yang dihimpun, perusahaan tebu melalui PT Tanimbar Nanim Sejahtera akan melakukan investasi pabrik dan lahannya secara terintegrasi di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Kecamatan Wermaktian, MTB.

Luas lahan yang dibutuhkan dan sudah tersedia sekitar 23 ribu ha, dengan status hutan produksi (HP), hutan produksi konversi (HPK), dan areal penggunaan lain (APL). Tahap awal, mereka membidik 15 ribu ha. Saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan izin lokasi.

PG Tanimbar akan menerapkan pola budidaya inti- plasma yang diperkirakan memberi peluang kerja bagi 9.000 orang, baik di perkebunan maupun pabrik.

Menurut Ketua Tim Upsus Percepatan Investasi Industri Gula, Peternakan Sapi, dan Jagung Kementerian Per tanian (Kementan) Syukur Iwantoro, jika Rencana Tanimbar terealisasi, maka Provinsi Maluku akan memiliki PG sendiri untuk pertama kalinya. Semua proses perizinan dan payung hukum untuk merealisasikan rencana investasi tersebut ditargetkan rampung dalam sebulan ke depan.

”Kami terus mendampingi investor PG berbasis kebun tebu di Maluku Tenggara Barat ini, dengan mempertemukan investor dengan gubernur, kepala dinas terkait, dan bupati. Total nilai investasi sekitar Rp 2,10 triliun, dan mereka akan membangun dua PG yang masing-masing berkapasitas 6.000 TCD,” ujar dia.

Syukur mengatakan, potensi pembangunan industri gula berbasis tebu di wilayah Maluku sangat bagus. Apalagi, pasokan air mencukupi untuk kebutuhan pertanaman tebu. Sedangkan untuk kebutuhan bibit akan dipenuhi dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.

“PG Tanimbar ini akan menjadi PG pertama di Maluku. Selama ini, kebutuhan gula di wilayah tersebut dipasok dari Pulau Jawa. Pasar gula di kawasan timur Indonesia ini cukup potensial. Cakupan area pasarnya adalah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata Syukur. (Laura Sobuber/BeritaSatu)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel