-->

Dominggus Mandacan Nilai Rumusan Konsultasi Teknologi dan Liturgy Jadi Sejarah GKI di Tanah Papua

MANOKWARI, LELEMUKU.COM – Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua (GKITP) yang lahir menjadi Gereja Mandiri sejak 26 Oktober 1956 di Hollandia Binnen atau Jemaat Harapan Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua menemukan identitas serta pergumulannya dalam realitas historis dan teologis  ketika melaksanakan panggilan misinya.

"Kenyataan ini secara langsung maupun tidak langsung menunjukan bahwa Tanah Papua adalah realitas yang kompleks dan terbuka bagi peradaban baru dari luar. Dengan kata lain daerah ini terbuka bagi masuknya perkembangan zaman yang berdampak pada sifak kemajemukan masyarakat terkait masuknya budaya maupun ajaran baru," ungkap Sekda Papua Barat Drs. Nataniel D. Mandacan, M.Si Jumat (17/04/2019) saat membacakan sambutan Gubernur Papua Barat Drs. Dominggus Mandacan pada acara Penutupan Konsultasi Teknologi  Dan Liturgy Di Tanah Papua.

Ia mengatakan, gambaran terkait masuknya arus teologi dan liturgy menegaskan bahwa misi GKI tidak hanya diterakkan pada konteks kosong, namun hal ini terjadi ditengah kenyataan, pergumulan dan permasalahan yang kompleks.

Lebih lanjut Sekda Nataniel menjelaskan bahwa, pelaksanaan kegiatan konsultasi teologis  dan liturgy ini merupakan suatu wadah pertemuan untuk membahas seluruh persoalan teologis maupun praktis yang sedang hidup dalam konteks GKI.

"Saat ini dampak dan pengaruh  dari luar cukup besar, hal ini tentunya akan mempengaruhi wawasan berpikir, ajaran, teologi, liturgy, maupun kehidupan gereja, para pelayan serta umat Tuhan. Guna menghindari pertentangan yang akan berpengaruh negative terhadap pelayanan GKI Di Tanah Papua, Nataniel berharap, konsultasi ini memiliki makna yang strategis dalam rangka membangun kesepahaman teologi dan liturgi," papar dia.

Ketua BP AM Sinode GKI Di Tanah Papua Pendeta Andrikus Mofu, S.Th dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta pelayan yang telah mengikuti kegiatan ini sejak Tanggal 14 Mei 2019.

Dirinya percaya bahwa para pelayan jemaat yang telah mengikuti kegiatan Konsultasi Teknologi  Dan Liturgy ini telah menyimpulkan hasil yang akan dicatat sebagai pengingat dari sejarah bergereja dari GKI di Tanah Pupua.

“Kita adalah bagian dari sejarah GKI di Tanah Papua, secara khusus pada Konsultasi Teknologi  Dan Liturgy, sebab hasilnya baik itu teologi dan liturgy akan dirumuskan dan selanjutnya diterapkan pada masing – masing jemaat GKI di Tanah Papua” ungkap Andrikus

Andrikus Mofu juga menghimbau kepada seluruh pelayan jemaat yang hadir dan mengikuti acara ini ketika kembali pada jemaatnya maupun klasis, hasil rumusan final dari teologi dan liturgy jangan hanya dijadikan sebagai dokumentasi belaka, namun harus diterapkan pada masing – masing jemaat GKI Di Tanah Papua.

Sementara itu Ketua Panitia Pendeta Alberth Rumaropen, S.TH., M.Mis dalam laporanya mengatakan Jumlah peserta yang hadir pada Kegiatan Konsultasi Teknologi  Dan Liturgy dari 70 Klasis dan Bakal Klasis yang hadir sebanyak 67  Klasis dan Bakal Klasis dengan jumlah peserta sebanyak 179 orang.

Sedangkan dari BP AS wilayah sebanyak 11 orang, BP AM Sinode dengan jajarannya sebanyak 60 orang, Mantan BP AM Sinode dan para sesepuh GKI 2 orang serta nara sumber sebanyak 10 orang, maka total keseluruhan peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 262 orang. (HumasPapuaBarat)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel