-->

Tenaga dan Fasilitas Penanganan HIV-AIDS di MTB Sudah Lengkap

Tenaga dan Fasilitas Penanganan HIV-AIDS di MTB Sudah Lengkap
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Penanganan ancaman virus penyerang kekebalan tubuh atau Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan sindrom yang diterima dari penurunan kekebalan tubuh atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku sudah meningkat dengan fasilitas dan tenaga medis yang lengkap.

Menurut Kepala Bagian Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten MTB, Chandra Utukaman, S,Si. A.Pt, pihaknya bersama dengan Rumah Sakit dan Puskesmas setempat sudah siap dalam menangani pasien yang mengidap HIV-AIDS.

“Kami sudah siap, dari tenaga-tenaga di puskesmas sudah dilatih, Rumah sakit siap, obat sudah siap” kata Candra di ruang kerjanya, kepada Lelemuku.com, pada Rabu (29/11).

Ia menyatakan peningkatan layanan penanganan pasien HIV-AIDS ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran warga MTB terhadap wabah HIV-AIDS di seluruh dunia yang kian bertambah termasuk di Kepulauan Tanimbar.

Dia mengatakan, dulunya pasien HIV-AIDS harus dirujuk ke provinsi, guna mendapat perawatan dan itu sangat ribet, karena butuh biaya lebih.

“Sehingga ada pasien yang memilih untuk tidak berobat. Makanya kini Dinkes berupaya keras, dengan melatih tenaga medis dan penyediakan fasilitasnya,” ungkap Chandra.

Dirinya mengungkapkan Dinkes sudah serius dengan penanganan kasus HIV-AIDS di MTB yang meningkat sejak 2005 lalu. Rata-rata penderita ditemukan sudah pada kasus orang dengan HIV- AIDS (ODHA)

“Kita punya kasus HIV-AIDS pada tahun 2015 adalah HIV 9, AIDS 13, total 22 kasus . Tahun 2016 adalah HIV 5, AIDS 23, total 28 dan tahun ini 2017, sampai triwulan 3 per September adalah HIV 4, AIDS 1, total 5 kasus HIV/AIDS. Jadi total 2015-2017 per September adalah 55 kasus HIV/AIDS. Trennya naik karena banyak orang masih takut untuk memeriksakan diri,” jelas dia.

Ia mengungkapkan sosialisasi yang sudah dijalankan diantaranya di kecamatan untuk anak sekolah, puskesmas , kelompok-kelompok kecil di desa, pihak gereja dan di tahun lalu pihaknya juga sudah melaksanakan pelatihan dan Mobile Vicity yaitu pemeriksaan tempat hiburan yang potensial, contohnya karaoke, café dan rutan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

“Jadi setiap 3 bulan atau 6 bulan gitu kita ada pemeriksaan,yaitu tempat-tempat beresiko untuk penularan karena HIV,” sambungnya.

Diakui HIV-AIDS saat ini sudah masuk ke desa-desa. Sehingga pihaknya menggunakan berbagai strategi yang mampu ada di berbagai layanan.

Ia memaparkan, prosedur penanganannya adalah jika pihak puskesmas menemukan pasien dengan dicurigai menderita HIV/AIDS akan segera dirujuk ke rumah sakit. Setelah itu, pihak rumah sakitlah yang akan memeriksa sampel darah melalui laboratorium dan pemberian obat sesuai stadiumnya, serta rumah sakit akan konsultasi dengan puskesmas terkait kelanjutan obat agar terus dipantau.

“Nanti Obat ARV tidak ada di puskesmas, tapi di RS karena pusat pemeriksaanya di sana, ” tambah dia.

Chandra mengungkapkan, masyarakat masih belum pahak tentang penularan HIV-AIDS sehingga diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih terjadi.

“Ada kasus ODHa sampai diusir dari rumah, karena takut menular. Padahal penularanya kan tidak gampang , bukan lewat aktifitas sehari-hari, tapi melalui hubungan seksual atau luka dengan luka,” jelasnya.

Himbauannya kepada seluruh masyarakat MTB mari datang memeriksaan diri anda ke fasilitas kesehatan, jangan takut kerahasiaan identitas anda sangat terjamin. Tapi lain halnya dengan ibu hamil, karena ibu hamil wajib periksa HIV dan stop diskriminasi ODHA. (Laura Sobuber)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel