-->

Perkebunan Tebu dan Pabrik Gula di MTB Berikan PAD Besar

Perkebunan Tebu dan Pabrik Gula di MTB Berikan PAD Besar SAUMLAKI, LELEMUKU.COM - Bupati Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Petrus Fatlolon mengatakan pendapatan asli daerah (PAD) dari perkebunan tebu dan pabrik gula sangat besar jika PT Tanimbar Nanim Sejahtera berdomisili dan beroperasi di MTB. 

"Saya lihat ada hal-hal baik yang sangat membawa manfaat besar ke pemerintah daerah adalah bahwa dia bukan saja bikin kebun tebu tapi dia buka pabrik gula. Jadi nanti ada pabrik gula dia buka disini, sehingga nanti ada lapangan kerja, kesempatan kerja hamper sekitar 10.000 tenaga kerja akan terserap dan itu berikan PAD untuk MTB," ujar Fatlolon pada Selasa (13/03).  

Ia membandingkan, daerah lain di Indonesia memiliki pendapatan besar dari sektor-sektor industri. Sehingga pemerintah kabupaten (pemkab) MTB juga berusaha untuk melihat peluang yang dapat memberikan keuntungan kepada pemerintah dan juga masyarakat. 

"Kita lihat di Jawa, di Kediri itu cuma pabrik rokok saja. Tapi Pemda Kediri itu punya PAD itu sampai ratusan milyar karena ada industry rokok. Bukan industry rokok saja, tapi juga ada perkebunan tembakaunya. Sementara pabrik gula yang melayani masyarakat Indonesia Timur hanya ada di Makasar dan Merauke," papar Fatlolon. 

Hal yang sama, menurut bupati akan dialami masyarakat di Kabupaten MTB, sebab dengan adanya PAD yang besar, semakin banyak pula keuntungan yang dirasakan masyarakat mulai dari peningkatan layanan sosial hingga pertumbuhan pembangunan  fisik dan non fisil di Kepulauan Tanimbar.

"Nah sekarang kita disini ada perkebunaan tebu, trus ada pabrik gula. Nah pasti ini akan membawa manfaat  yang baik dari sisi ekonomi, perdagangan maupun lapangan kerja. Ini manfaatnya besar," ujar dia. 

Sebelumnya diberitakan perusahaan pabrik gula swasta PT Tanimbar Nanim Sejahtera akan melakukan investasi pabrik dan lahannya secara terintegrasi di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Kecamatan Wermaktian, MTB. 

Luas lahan yang dibutuhkan dan sudah tersedia sekitar 23 ribu ha, dengan status hutan produksi (HP), hutan produksi konversi (HPK), dan areal penggunaan lain (APL).

Pabrik Gula (PG) Tanimbar akan menerapkan pola budidaya inti- plasma yang diperkirakan memberi peluang kerja bagi 9.000 orang, baik di perkebunan maupun pabrik.

“Investasi Tanimbar dirancang untuk menghasilkan gula dan listrik. Tahap awal, mereka membidik 15 ribu ha. Saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan izin lokasi dari bupati. Ada nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan perusahaan tersebut,” kata Ketua Tim Upsus Percepatan Investasi Industri Gula, Peternakan Sapi, dan Jagung Kementerian Per tanian (Kementan) Syukur Iwantoro pada akhir 2017 lalu seperi dikutip beritasatu.

Dia mengatakan, apabila rencana Tanimbar terealisasi, maka Provinsi Maluku akan memiliki PG sendiri untuk pertama kalinya. Semua proses perizinan dan payung hukum untuk merealisasikan rencana investasi tersebut ditargetkan rampung dalam sebulan ke depan.

”Kami terus mendampingi investor PG berbasis kebun tebu di Maluku Tenggara Barat ini, dengan mempertemukan investor dengan gubernur, kepala dinas terkait, dan bupati. Total nilai investasi sekitar Rp 2,10 triliun, dan mereka akan membangun dua PG yang masing-masing berkapasitas 6.000 TCD,” ujar dia.

Syukur mengatakan, potensi pembangunan industri gula berbasis tebu di wilayah Maluku sangat bagus. Apalagi, pasokan air mencukupi untuk kebutuhan pertanaman tebu. Sedangkan untuk kebutuhan bibit akan dipenuhi dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.

“PG Tanimbar ini akan menjadi PG pertama di Maluku. Selama ini, kebutuhan gula di wilayah tersebut dipasok dari Pulau Jawa. Pasar gula di kawasan timur Indonesia ini cukup potensial. Cakupan area pasarnya adalah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata Syukur. 

Sementara, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menjelaskan, kebutuhan gula putih di Indonesia mencapai 2,7 juta ton per tahun atau 225 ribu ton per bulan. Selain itu, ada kebutuhan gula rafinasi untuk industri sebanyak 3 juta ton per tahun.

Menurut Amran, secara total, kebutuhan gula nasional mencapai 5,7 juta ton per tahun, sedangkan produksi baru 2,2-2,6 juta per tahun.

“Untuk itu, pemerintah punya target mewujudkan swasembada gula pada 2019. Berbagai upaya kami lakukan, termasuk di antaranya yang sedang diuji coba adalah memanfaatkan lahan rawa untuk kebun tebu. Ini agar produksi gula dalam negeri meningkat dan impor semakin berkurang, bahkan kita setop impor dan ekspor,” tutup dia.(Laura Sobuber/BeritaSatu)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel