-->

Status Gunung Anak Krakatau Masih Siaga, Warga Diminta Tetap Jauhi 5 km dari Kawah

Status Gunung Anak Krakatau Masih Siaga, Warga Diminta Tetap Jauhi 5 km dari KawahBAKAUHENI, LELEMUKU.COM - Aktivitas Gunung Api Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda terus dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Kalianda yang berlokasi di Jalan Tj. Heran - Penengahan No. 4, Totoharjo, Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung dan PGA Pasauran di Cinangka, Serang, Banten.

PVMBG melaporkan, berdasarkan rekaman seismograf hingga tanggal 11 Maret 2019, Gunung Anak Krakatau mengalami 7 kali gempa tremor non harmonik, 3 kali gempa vulkanik dalam dan 1 kali gempa hembusan dan Tromor menerus dengan Amplitudo 1-5 mm.

Tingkat aktivitas Level III (Siaga) masih berlaku sejak 27 Desember 2018 lalu, untuk membatasi aktifitas keseharian masyarakat maupun wisatawan dalam radius 5 km dari kawah Gunung Anak Krakatau. Dari kemarin hingga pagi ini (12/3), secara visual gunungapi tertutup kabut. Angin lemah ke arah timur, sementara asap kawah tidak teramati.

VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 23 Februari 2019 pukul 17:33 WIB, terkait erupsi dengan ketinggian kolom abu 500 m. Amplitudo gempa letusan 25 mm dan lama gempa 271 detik.

Sebagai pengingat, mengenai tingkat status aktivitas gunung api berdasarkan hasil pemantauan, terbagi atas:

1. Normal (Level I), adalah kondisi aktivitas gunung api dalam fase normal, baik secara visual maupun seismik maupun vulkanik. Ini menunjukan tidak ada letusan hingga kurun waktu tertentu.

2. Waspada (Level II), menunjukan peningkatan aktivitas seimik dan mulai muncul kejadian vulkanik. Terlihat perubahan visual di sekitar kawah namun diperkirakan tidak terjadi erupsi dalam jangka waktu tertentu.

3. Siaga (Level III), terlihat dengan peningkatan seismik yang didukung dengan munculnya kejadian vulkanik yang menyusul, perubahan baik secara visual maupun perubahan aktivitas kawah.

4. Awas (Level IV), status yang mewakili kondisi paling memungkinkan terjadinya erupsi. Merujuk letusan utama yang dikuti semburan abu dan uap yang diikuti erupsi besar.

Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang serta jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat. Perkembangan terkini gunungapi ANak Krakatau dapat dipantau melalui laman https://ift.tt/2Ck47AO atau aplikasi MAGMA Indonesia.

Gunungapi Anak Krakatau (156,9 m dpl), terletak di Selat Sunda adalah gunungapi strato tipe A dan merupakan gunungapi muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau. Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunungapi masih di bawah permukaan laut.

Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 1929. Sejak saat itu hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar). Pada tahun 2016 letusan terjadi tanggal 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian. Tahun 2018, kembali meletus sejak tanggal 29 Juni 2018 sampai saat ini berupa letusan strombolian.(KESDM)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel